Pages

Rabu, 03 Juni 2009

Pringan Hitam - Tugas Pak Zainul

MEDIA PIRINGAN HITAM
I. KEDUDUKAN
A. Pola Pembelajaran
1) Pola Tradisional
Dalam pola ini guru masih sebagai sumber informasi yang menggunakan media, jadi piringan hitam hanya sebagai pajangan.
2) Pola Pembelajaran Guru Dengan Media
Dalam pola ini, piringan hitam digunakan sebagai alat bantu mengajar dan sebagai alat untuk memperjelas materi yang disampaikan oleh guru,dan guru tetap sebagai penjelas dan pengarah dalam proses pembelajaran.
3) Pola Pembelajaran Guru berbagi dengan Media
Dalam pola ini piringan hitam harus berbagi waktu dengan guru, adalah yang dibantu dengan media piringan hitam memberi contoh asli pada siswa. Yang diawali dengan pembukaan,isi dan penutup dan kemudian guru bertindak sebagai pengevaluasi.
4) Pola Pembelajaran dengan Media Saja
Akan kurang efektif Jika piringan hitam megambil peranan tunggal dalam pembelajaran,karena piringan hitam hanya sebagai alat bantu dan belum mencakup semua informasi tentang materi yang akan di sampaikan.
5) Kombinasi Berbagai Sistem
Dalam pola ini perlu dilakukan perencanaan yang matang antara berbagai sistem pola pembelajaran. Seperti pola pembelajaran nomer tiga yaitu harus harus ada perencanaan antara waktu dan penyampaian materi sehingga materi dapat dusampaikan dengan kombinasi pola pembelajaran dalam kurun watu tertentu. Misalnya, dalam pertemuan pertama menggunakan pola pembelajaran tradisional, pertemuan kedua dengan pola pembelajaran guru dengan alat bantu dan seterusnya sampai adanya keterpaduan dari berbagai pola pembelajaran. Dan kedudukan piringan hitam disini akan bersifat kondisional yakni dalam pelajaran tersebut tersebut tergantung kepada piringan hitan tersebut.

B. FUNGSI
1. Media piringan hitam sebagai alat bantu guru untuk menyempurnakan pembelajaran
Yaitu guru dapat mempermudah atau melaksanakan kegiatan belajar dengan baik, sehinga mencapai tujuan yang diharapkan.
2. Sebagai program informasi
Dengan pembelajaran menggunakan piringan hitam, siswa dapat mengetahui tentang piringan hitam tersebut
3. Piringan hitam merupakan komponen media pembelajaran


C. PENCAPAIAN TUJUAN
1. KOGNITIF
a) Pengetahuan
Mengingat secara sederhana tentang jenis, cara, urutan dan sebagainya. Indikatornya yakni dapat mendengarkan dan cara mengungkapkannya.
b) Memahami materi yang telah didengarkan, indikatornya siswa dapat menyampaikan kembali materi yang telah didengarkan melalui test.
c) Aplikasi
Kemampuan untuk menerapkan pada kehidupan nyata, yakni dengan praktek sesuai apa yang telah didengar dari media.
d) Analisis.
Yakni kemampuan untuk mempraktekkan apa yang telah didengarkan dari media
e) Sintesis
Merupakan kemampuan untuk menyusun dan mengkombinasi sejumlah elemen sehingga tujuan dari penggunaan media tercapai
f) Evaluasi
yakni kemapuan untuk memberikan suatu pertimbangan atau solusi tentang yang telah diperdengarkan media atas suatu pembelajarannya

 Siswa mampu memahami & menganalisis serta mengevaluasi materi yang telah dipelajari di kelas dan membandingkannya dengan pengalaman belajar nyata
2. AFEKTIF
a) Penerimaan
Kepekaan terhadap hal yang didengarkan, bersikap menerima atau sebaliknya
b) Sikap atau penilaian
Bersedia terlibat dan memanfaatkan atau sebaliknya dan cara pengungkapannya melalui tugas atau pengalaman langsung
 Pencapaian tujuan sesuai, karena media piringan hitam memberikan pengalaman belajar yang berhubungan dengan IPTEK.Sehingga siswa mampu melatih sikap agar dapat menjalankan tugas dan tanggung jawab bersama.

3. PSIKOMOTORIK
a) Konsepsi
Memahami prosedur penggunaan media pembelajaran
b) Kesiapan
Bisa mempraktekkan penggunaan media dari tahap awal hingga siap pakai
 Adapun cara pemakaian media yakni guru yang bertanggung jawab dalam penggunaan media piringan hitam karena penggunaan media piringan hitam sangat membutuhkan keahlian khusus.
II. PEMILIHAN
A. PRINSIP-PRINSIP PEMILIHAN MEDIA
a) Adanya tujuan pembelajaran tertentu yang harus dicapai.Tujuan pembelajaran ini harus jelas dan dibuat oleh guru yang disesuaikan dengan kemampuan dan kemauan siswa serta mendapat persetujuan oleh orang tua siswa
b) Kesesuaian media terhadap karateristik pebelajar
c) Tidak ada media yang bisa menggantikan posisi dan kedudukan guru

B. KRITERIA PEMILIHAN
a. Memilih media yang memungkinkan dapat membantu pebelajar memperoleh pengetahuan atau perilaku yang dapat ditunjukkan.
b. Mempertimbangkan tingkat kesulitan dari bahan- bahan atau alat yang akan dipilih.
c. Mengetahui keuntungan dalam mempelajri sesuatu yang diperoleh melalui belajar dengan media.
d. Perhatian ketersediaan media manakala mengajarkan suatu topik atau pokok bahasan tertentu.
e. Media yang digunakan hendaklah media yang berkualitas

III. PENGGUNAN SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN
A. PRINSIP PENGGUNAAN MEDIA PIRINGAN HITAM
a) Alat berbentuk seperti piringan yang berwarna hitam
b) Alat untuk pemutarnya disebut dengan gramophone
c) Didalam pirgan hitam tersebut telah diisi atau telah direkam sebuah pembelajaran.

B. PROSEDUR PENGGUNAAN PIRINGAN HITAM
1. SEBELUM
a) Siapakan gramophone atau alat untuk pemutar piringan hitamnya
b) Sebelum mulai memutar medianya dengan menggunakan gramophone pastikan kondisi piringannya dalam keadaan baik agar pembelajarannya berjalan lancar.

2. SELAMA
a) Jarum gramophone bersiap pada piringan hitam
b) Putar Media.
c) Setelah penyampaian dilakukan media selesai, jarum gramophone dipindahkan dari pringan hitam agar berhenti. Dan kemudian dirapikan

3. SESUDAH
Simpanlah piringan hitam ditempat yang tidak membuat piringan hitam rusak yaitu hindari dari benda-benda tajam dan merusak lainnya.

IV. PEMANFAATAN SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN
A. PRINSIP PEMANFAATAAN PIRINGAN HITAM
a) Guru harus mampu menguasai pengetahuan tetang isi materi yang akan disajikan, strategi pembelajaran serta karateristik peserta didik sesuai media yang telah dipilih yaitu media audio piringan hitam
b) Guru hendakya bisa menciptakan suasana belajar yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM) melalui media piringan hitam
c) Untuk mencapai hasil tujuan pembelajaran
d) Untuk meningkatkan motivasi belajar siswa.
e) Menggunakan waktu semaksimal mungkin

B. PROSEDUR PEMANFAATAN PIRINGAN HITAM
1. SEBELUM
Guru mengenalkan terlebih dahulu tentang materi yang akan disampaikan atau bisa juga guru bertanya tentang hal-hal berkait dengan materi yang akan disampaikan, sebagai sarana untuk mengundang perhatian siswa
2. SELAMA
a. Media piringan hitam diputar, siswa diintruksikan agar mendengarkan sebaik-baiknya
b. Pelaksana atau pun peserta harus berdisiplin waktu, agar jadwal kegiatan belajar yang telah ditetapkan berlangsung dengan efektif & efisien.
c. Pelaksana atau guru dapat menjelaskan materi yang masih belum dimengerti oleh peserta.



3. SETELAH

a) Guru melakukan interaksi dengan siswa mengenai kegiatan belajar yang telah dilakukan sebelumnya.
b) Guru memberikan feedback kepada siswa untuk mengetahui pemahaman siswa mengenai media piringan hitan yang berkaitan dengan materi.




V. PERAWATAN
A. PEMELIHARAAN
Setelah dipakai simpanlah pada tempat yang aman, yaitu didalam kotak yang memilki pelindung yang tidak membuat piringan tidak mudah rusak, yaitu tergores atau semacam hal yang akan merusak piringan
B. PERBAIKAN
Media piringan hitam tidak dapat diperbaikai, karena sifatnya mudah rusak.
























VI. TREATMENT
A. IDENTIFIKASI
Mata pelajaran : Seni Musik
Pokok materi : Belajar Lagu Indonesia Raya aransement asli WR Supratman (pencipta lagu Indonesia Raya)
Tingkat sekolah : SD
Kelas : III
Semester : Genap
Alokasi waktu : 1X 45 menit


B. TUJUAN
1. Standar kompetensi
a. Siswa bisa menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya
b. Siswa terlebih dahulu Mengetahui siapa pencipta lagu kebangsaan Indonesia raya
2. Kompetensi dasar dan indicator
Kompetensi dasar
a) Mempraktekkan lagu Indonesia Raya
b) Dapat mengetahui lagu kebangsaan Indonesia raya yang sebenarnya sejak pertama kali dibuat

Indikator
a. Mengetahui intonasi yang benar dalam menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya
b. Bisa mempraktekkan lagu sesuai ketukan

3. Setelah selesai melaksanakan pembelajaran siswa dapat :
1) Siswa dapat mempraktekkan lagu Kebangsaan Indonesia Raya dengan benar
2) Mempermudah siswa mengerti tentang ketukan-ketukan lagu
3) Dapat mengetahui sang pencipta lagu Indonesia raya


C. KEGIATAN PEMBELAJARAN
1. Persiapan
- Guru mempersiapkan materi yang akan disampaikan kepada siswa
- Guru mempersiapkan media yang akan dipakai sebagai alat bantu mengajar
2. Pelaksanaan
• Pembukaan
- Guru membuka kegiatan dengan mengucapkan salam dan berdo’a
- Guru menanyakan siswa tentang lagu kebangsaan Negara Indonesia yakni lagu Indonesia Raya
- Guru menanyakan siapa pencipta lagu kebangsaan Indonesia Raya
- Guru membagikan fotocopy partitur lagu Indonesia Raya
• Kegiatan Inti
- Setelah guru bertanya pada siswa kemudian guru menjelaskan sejarah dan perkembangan lagu Indonesia raya.
- Kemudian guru memutar lagu indonsia raya menggunakan media bantu piringan hitam serta menyuruhsiswa mendengarkan dengan baik
- Guru memberikan contoh menyanyikan lagu Indonesia raya seperti yang di dengar dari piringan hitam dengan liryc seperti dalam partitur yang dibagikan
- Baru kemudian guru menyuruh siswa untuk memperaktekkan apa yang telah dicontohkan guru.
Penutup
-guru meminta siswa untuk rajin berlatih dirumah.
- Pelajaran ditutup dan kegiatan pembelajaran telah selesai
3. Tindak Lanjut
• Penilaian
- Penilaian dari segi afektif
- Penilaian dari segi kognitif
- Penilaian dari segi psikomotorik
















MEDIA PIRINGAN HITAM



Untuk Memenuhi Tugas Pengembangan Sumber Daya Pembelajaran
Yang Dibina oleh : Drs. H. Zainul Abidin, M.Pd




Disusun oleh :
FEBRI YONA
108121415134
















TEKNOLOGI PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MALANG

Rabu, 13 Mei 2009

Catatan Belajar PembelajaranQ

BELAJAR PEMBELAJARAN
1.pengertian
1. belajar
Higrad dan Bower
Belajar :
- Memperoleh pengetahuan melalui pengalaman
- Mengingat
- Menguasai pengalaman
- Memperoleh informasi
Belajar -> ada aktivitas / kegiatan penguasaan tentang sesuatu
Morgan Dkk
Belajar -> perubahan tingkah laku yang relayif tetap dan terjadi sebagai hasil pelatihan/pengalaman
Soekamto dan Winanta putra
Belajar -> perubahan dalam pemahaman, perilaku, persepsi, motivasi/ gabungan dari semuanya
Kesimpulan :
• Ahli psikologi
Belajar sebagai pbentuk perubahan yang dapat diamati dan dilihat
• Ahli Pendidikan
Proses perubahan manusia manusia kearah tujuan yang lebih baik dan bermanfaat bagi diri sendirinya maupun oranglain
2. Ciri-ciri orang belajar
a. belajar ditandai adanya perubahan dan tingkah laku
b. perubahan tingkah laku relative permanen
c. perubahan tingkah laku bersifat potensial
d. perubahan tingkah laku merupakan hasil latihan/pengalaman
e. pengalaman membrik dorongan untuk mengubah tingkah laku
3. prinsip dasar belajar
a. siswa harus aktif belajar
b. siswa belajar sesuatu kemampuan
c. belajar berlangsung dengan baik bila mendapat penguatan langsung selama proses belajar
d. penguasaan yang seprna setiap langkah akan membuat proses belajar lebih bermakna
e. motivasi belajar meningkat bila diberi tanggung jawab dan kepercyaan penuh atas belajaranya
4. Proses belajar
-> serangkaian aktiitas yang terjai pada pusat syarf individu yang belajar
Proses belajar dapat diamati jika perubahan tingkah laku dari seseorang dalam hal :
- pengetahuan
- efektif
- psikomotorik
Menurut Edgne, proses belajar disekolah melakui fase-fae sbb:
- tahap motivasi+keingiinan siswa untuk melakukan kegiatan belajar
- tahap konsentrasi : siswa memusatkan perhatian yang telah ada pada fase motivasi
- tahap mengelola : siswa menan informasi yang diterima dari guru dalam share term memory, kemudian mengolah informasi untuk diberi makan berupa sandi2 sesuai penangkapan masing2
- tahap penyimpanan : siswa menyimpan symbol-simbol hasil olahan yang telah disimpan dalam Longtern memory (LTN) gudang ingatan jangka panjang
- tahap menggali 1 : menggali informasi yang telah disimpan dlam LTM ke STM untuk dikaitkan dengan informasi baru yang diterima
- tahap menggali 2 : menggalai informasi yang telah disimpan dalam LTM untuk persiapan tahap prestasi baik langsung maupun tak angsung melalui sTM
- tahap prestasi : informasi yang telah digali sebelum digunakan untuk menunjukkan prestsi yang merupakan hasil belajar
- tahap umpan balik, siswa memperoleh penguatan saat perasaan puas jika prestasinya jelek
5. Faktor yang mempengaruhi proses belajar
@ Faktor Internal
a. fisiologis
- kedalam jasmani
- fungsi jasmani
b. psikologis
- kecerdasan
- motivasi
- minat
- sikap
- bakat
@ Faktor External
a. lingkungan social sekolah
b. lingkungan social masyarakat
c. lingkungan social keluarga
lingkungan non social
a. lingkungan alamiah
b. factor instrumental
c. materi pelajaran
jenis-jenis belajar : bentuk
fungsi psikis
• Belajar Dinamik
Dorongan belajar dengan rajin sehingga dapat sehingga dapat menyelesaikan kuliah dalam waktu sesingkat mungkin
• Belajar afektif
Belajar menghayati nilai dari obyek yang dihayati melalui alam perasaan, belajar mengungkapkan perasaan dalam bentuk ekspresi yang wajar
Obyek berharga = senang
Obyek tidak berharga : tidak senang
• Belajar Kognitif
Belajar memperoleh dan menggunakan bentuk repsentasi yang mewakili obyek yang mewakili obyek2 yang dihadapi

Ada 2 aktivitas kognitif
- Mengingat : orang yang menyadari bahwa pengetahuannya berasal dari masa lampau / kesan yang diperoleh pada masalampau, atau mengenal kembali=rekognisi dan mengingat kembali repoduksi
- Berpikir : dalam aktivitas berfikir manusia berhadapan dengan obyek hadir dalam bentuk represntasinya : tanggapan, konsep dan lambing verbal
• Belajar sensi motorik
Belajar menghadapi dan menangani obyek secara fisik. Dalam belajar ini, aktivitas mengamati melalui alat indra maupun bergerak dan menggerakkkan memegang peranan penting
Bentuk Belajar=materi yang dipelajari
• Belajar teoritis
Menempatkan semua data dan fakta dalam suatu organisasi mental sehingga dapat dipahami dan digunakan untuk memecahakan masalah (Bs Ilmiah)
• Belajar Teknis
Mengembangkan keterampilan dalam menangani dan memegang benda-benda serta menyusun bagian-bagian materi menjadi suatu keseluruhan
• Belajar Bermasyarakat
Mengkang dorongan + kecendrungan spontan kehidupan bersama
• Belajar Estetis
Membentuk kemampuan menciptakan+mengahayati keindahan diberbagai bidang kesenian
Bentuk-Bentuk Belajar
- Otomatism
Belajar keterampilan motorik dan kogitif, cirinya : otomatisasi sejumlah rangkaian gerak-gerik yang terkoodinasi satu sama lain
- Incidental
Belajr tanpa mempercayai intense / mempelajari senam
- Menghafal
Menangkap materi verbal dalam ingatan sehingga dapat diperoleh dikemuadian hari
- Pengetahuan
Mengetahui berbagai data tentang kejadian, benda dan orang-orang
- Artikata
Menangkapa arti yang terkandung
- Konsep
Orang mengadakan antraksi : obyek-obyek yang meliputi benda, kejadian dan orang hanya ditinjau dari aspek-aspek tetentu saja
- Problem
Belajar memecahkan masalah melalui pengamatan orang dihadapkan pada suatu masalah yang harus dipecahkan dengan berbuat sesuatu , pemecahan masalah adalah tujuan yang harus dicapai, namun tindakan yang ahrus diambil belum diketahui dan masi ditemukan dengan pengamatan yang diteliti dan reorganisasi unsu-unsur dalam masalah
- Berpikir Orang dihadapkan pada masalah yang harus dipecahkan tanpa melalui pengamatan da reorganisasi dalam pengamatan. Masalah harus dipecahkan melalui operasi mental (menggunakan konsep dan kaidah metode tertentu)
- Belajar untuk belajar
Namapak jelas dalam belajar disekolah bila diaamati adanya perbedan antara siswa dalam kemajuan belajar
- Dinamika
Bentuk belajar ini sangat complex dan menyangkut umber-sumber energy psikis yang sudah merupakan bahan dasar yang memberikan kekuatan dan dorongan kepada orang untuk melakukan aktivitas belajar
Sumber energy psikis : kemajuan sikap, motivasi dan perasaan. Dalam belajar dinamik bentuk kemauan, sikap, motivasi dan modalitas perasaan, semuanya mengambil bagian dalam pembentukan watak.
8 Tipe Belajara (Gagne)
1. Belajar signal : memberikan realesi pada rangsang
2. Belajar perangsang-reaksi dengan penguatan /peneguhan : memberikan reaksi pada peransang
3. Belajar mementuk rangkaian gerak-gerik : menghubungkan gerak yang satu dengan yang lain
4. Belajar asosiasi verbal : memberikan reaksi verbal pada suatu stimulus
5. Belajar Diskriminasi yang jamak : membrikan reaksi yang berbeda pada stimulus yang mempunyai kesamaan
6. Belajar konsep : menempatkan obyek dalam kelompok tertentu
7. Belajar Kaidah : menghubungkan beberapa konsep
8. Belajar memecahkan maslah : menggabungkan beberapa kaidahmenjadi prinsip permasalahan
Factor-faktor memPenGaruHi pRoses belajar dalam PemBelajaARan
- Motivasi : kecenderungan emosi yang mengantar / memudahkan peraihan sasaran
• Dorongan prestasi : dorongan untuk menjadi lebih baik
• Komitmen : menyesuaikan diri dengan sasaran kelompok
• Inisiatif : kesiapan untuk memanfaatkan kesempatan
• Optimisme : kegigihan dalam memperjuangkan sasaran, kendati ada tantangan
- Perhatian :
- Persepsi
- Ingatan
- Referensi
- Transfer
- Kondisi
- Umpan balik

Minggu, 10 Mei 2009

KENAKALAN REMAJA SEBAGAI PERILAKU MENYIMPANG HUBUNGANNYA DENGAN KEBERFUNGSIAN SOSIAL KELUARGA

KENAKALAN REMAJA SEBAGAI PERILAKU MENYIMPANG HUBUNGANNYA DENGAN KEBERFUNGSIAN SOSIAL KELUARGA

Makalah
Untuk Memenuhi Tugas Akhir Matakuliah Karakteristik Pembelajaran
yang dibina oleh Bapak Dedi Kuswandi.


Oleh
Febri Yona
108121415134 (offering C)



UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN
Mei, 2009

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Untuk mengetahui latar belakang perilaku menyimpang perlu membedakan adanya perilaku menyimpang yang tidak disengaja dan yang disengaja, diantaranya karena si pelaku kurang memahami aturan-aturan yang ada. Sedangkan perilaku yang menyimpang yang disengaja, bukan karena si pelaku tidak mengetahui aturan. Hal yang relevan untuk memahami bentuk perilaku tersebut, adalah mengapa seseorang melakukan penyimpangan, sedangkan ia tahu apa yang dilakukan melanggar aturan. Becker (dalam Soerjono Soekanto,1988,26), mengatakan bahwa tidak ada alasan untuk mengasumsikan hanya mereka yang menyimpang mempunyai dorongan untuk berbuat demikian. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya setiap manusia pasti mengalami dorongan untuk melanggar pada situasi tertentu, tetapi mengapa pada kebanyakan orang tidak menjadi kenyataan yang berwujud penyimpangan, sebab orang dianggap normal biasanya dapat menahan diri dari dorongan-dorongan untuk menyimpang.
Masalah sosial perilaku menyimpang dalam tulisan tentang “Kenakalan Remaja” bisa melalui pendekatan individual dan pendekatan sistem. Dalam pendekatan individual melalui pandangan sosialisasi. Berdasarkan pandangan sosialisasi, perilaku akan diidentifikasi sebagai masalah sosial apabila ia tidak berhasil dalam melewati belajar sosial (sosialisasi). Tentang perilaku disorder di kalangan anak dan remaja (Kauffman , 1989 : 6) mengemukakan bahwa perilaku menyimpang juga dapat dilihat sebagai perwujudan dari konteks sosial. Perilaku disorder tidak dapat dilihat secara sederhana sebagai tindakan yang tidak layak, melainkan lebih dari itu harus dilihat sebagai hasil interaksi dari transaksi yang tidak benar antara seseorang dengan lingkungan sosialnya. Ketidak berhasilan belajar sosial atau “kesalahan” dalam berinteraksi dari transaksi sosial tersebut dapat termanifestasikan dalam beberapa hal





1.2 Rumusan Masalah
1) Apakah konsep kenakalan remaja?
2) Bagaimanakah cara mengatasi kenakalan remaja?

1.3 Tujuan penulisan
1) Mengetahui konsep kenakalan remaja
2) Mendeskripsikan cara mengatasi kenalan remaja

















II. PEMBAHASAN
1. Konsep Kenakalan Remaja
Pada dasarnya kenakalan remaja menunjuk pada suatu bentuk perilaku remaja yang tidak sesuai dengan norma-norma yang hidup di dalam masyarakatnya. Kartini Kartono (1988 : 93) mengatakan remaja yang nakal itu disebut pula sebagai anak cacat sosial. Mereka menderita cacat mental disebabkan oleh pengaruh sosial yang ada ditengah masyarakat, sehingga perilaku mereka dinilai oleh masyarakat sebagai suatu kelainan dan disebut “kenakalan”. Dalam Bakolak inpres no: 6 / 1977 buku pedoman 8, dikatakan bahwa kenakalan remaja adalah kelainan tingkah laku / tindakan remaja yang bersifat anti sosial, melanggar norma sosial, agama serta ketentuan hukum yang berlaku dalam masyarakat.
Singgih D. Gumarso (1988 : 19), mengatakan dari segi hukum kenakalan remaja digolongkan dalam dua kelompok yang berkaitan dengan norma-norma hukum yaitu :
1) kenakalan yang bersifat amoral dan sosial serta tidak diantar dalam undang-undang sehingga tidak dapat atau sulit digolongkan sebagai pelanggaran hukum
2) kenakalan yang bersifat melanggar hukum dengan penyelesaian sesuai dengan undang-undang dan hukum yang berlaku sama dengan perbuatan melanggar hukum bila dilakukan orang dewasa.
Menurut bentuknya, Sunarwiyati S (1985) membagi kenakalan remaja kedalam tiga tingkatan ;
1) kenakalan biasa, seperti suka berkelahi, suka keluyuran, membolos sekolah, pergi dari rumah tanpa pamit
2) kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan seperti mengendarai mobil tanpa SIM, mengambil barang orang tua tanpa izin (
3) kenakalan khusus seperti penyalahgunaan narkotika, hubungan seks diluar nikah, pemerkosaan dll. Kategori di atas yang dijadikan ukuran kenakalan remaja dalam penelitian.

Tentang normal tidaknya perilaku kenakalan atau perilaku menyimpang, pernah dijelaskan dalam pemikiran Emile Durkheim (dalam Soerjono Soekanto, 1985 : 73). Bahwa perilaku menyimpang atau jahat kalau dalam batas-batas tertentu dianggap sebagai fakta sosial yang normal dalam bukunya “ Rules of Sociological Method” dalam batas-batas tertentu kenakalan adalah normal karena tidak mungkin menghapusnya secara tuntas, dengan demikian perilaku dikatakan normal sejauh perilaku tersebut tidak menimbulkan keresahan dalam masyarakat, perilaku tersebut terjadi dalam batas-batas tertentu dan melihat pada sesuatu perbuatan yang tidak disengaja. Jadi kebalikan dari perilaku yang dianggap normal yaitu perilaku nakal/jahat yaitu perilaku yang disengaja meninggalkan keresahan pada masyarakat.
Remaja akan mengalami periode perkembangan fisik dan psikis sebagai berikut :
- Masa pra-pubertas (12 - 13 tahun)
- Masa pubertas (14 - 16 tahun)
- Masa akhir pubertas (17 - 18 tahun)
- Periode remaja Adolesen (19 - 21 tahun)
Kenakalan remaja biasanya dilakukan oleh remaja-remaja yang gagal dalam menjalani proses-proses perkembangan jiwanya, baik pada saat remaja maupun pada masa kanak-kanaknya. Masa kanak-kanak dan masa remaja berlangsung begitu singkat, dengan perkembangan fisik, psikis, dan emosi yang begitu cepat. Secara psikologis, kenakalan remaja merupakan wujud dari konflik-konflik yang tidak terselesaikan dengan baik pada masa kanak-kanak maupun remaja para pelakunya. Seringkali didapati bahwa ada trauma dalam masa lalunya, perlakuan kasar dan tidak menyenangkan dari lingkungannya, maupun trauma terhadap kondisi lingkungan, seperti kondisi ekonomi yang membuatnya merasa rendah diri, dan sebagainya.
2. Cara Mengatasi Kenakalan remaja

Mengatasi kenakalan remaja, berarti menata kembali emosi remaja yang tercabik-cabik itu. Emosi dan perasaan mereka rusak karena merasa ditolak oleh keluarga, orang tua, teman-teman, maupun lingkungannya sejak kecil, dan gagalnya proses perkembangan jiwa remaja tersebut. Trauma-trauma dalam hidupnya harus diselesaikan, konflik-konflik psikologis yang menggantung harus diselesaikan, dan mereka harus diberi lingkungan yang berbeda dari lingkungan sebelumnya. Pertanyaannya : tugas siapa itu semua ? Orang tua-kah ? Sedangkan orang tua sudah terlalu pusing memikirkan masalah pekerjaan dan beban hidup lainnya. Saudaranya-kah ? Mereka juga punya masalah sendiri, bahkan mungkin mereka juga memiliki masalah yang sama. Pemerintah-kah ? Atau siapa ? Tidak gampang untuk menjawabnya. Tetapi, memberikan lingkungan yang baik sejak dini, disertai pemahaman akan perkembangan anak-anak kita dengan baik, akan banyak membantu mengurangi kenakalan remaja. Minimal tidak menambah jumlah kasus yang ada.
Kenakalan remaja merupakan gejala umum, khususnya terjadi di kota-kota besar yang kehidupannya diwarnai dengan adanya persaingan-persaingan dalam memenuhi kebutuhan hidup, baik yang dilakukan secara sehat maupun secara tidak sehat. Persaingan-persaingan tersebut terjadi dalam segala aspek kehidupan khususnya kesempatan memperoleh pendidikan dan pekerjaan. Betapa kompleksnya kehidupan tersebut memungkinkan terjadinya kenakalan remaja. Penyebab kenakalan remaja sangatlah kompleks, baik yang berasal dari dalam diri remaja tersebut, maupun penyebab yang berasal dari lingkungan, lebih-lebih dalam era globalisasi ini pengaruh lingkungan akan lebih terasa. Pemahaman terhadap penyebab kenakalan remaja mempermudah upaya-upaya yang harus dilakukan untuk mengatasinya. Upaya-upaya tersebut dapat bersifat preventif, represif, dan kuratif. Tanggung jawab terhadap kenakalan remaja terletak pada orangtua, sekolah, dan masyarakat, khususnya para pendidik baik yang ada di keluarga (orangtua), sekolah (guru-guru dan para guru pembimbing) maupun para pendidik di masyarakat, yakni para pemuka agama dan tokoh-tokoh masyarakat.
III. PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan yang telah dibahas diatas, bahwa remaja yang memiliki waktu luang banyak seperti mereka yang tidak bekerja atau menganggur dan masih pelajar kemungkinannya lebih besar untuk melakukan kenakalan atau perilaku menyimpang. Demikian juga dari keluarga yang tingkat keberfungsian sosialnya rendah maka kemungkinan besar anaknya akan melakukan kenakalan pada tingkat yang lebih berat.Sebaliknya bagi keluarga yang tingkat keberfungsian sosialnya tinggi maka kemungkinan anak-anaknya melakukan kenakalan sangat kecil, apalagi kenakalan khusus. Dari analisis statistik (kuantitatif) maupun kualitatif dapat ditarik kesimpulan umum bahwa ada hubungan negatif antara keberfungsian sosial keluarga dengan kenakalan remaja, artinya bahwa semakin tinggi keberfungsian social keluarga akan semakin rendah kenakalan yang dilakukan oleh remaja. Sebaliknya semakin ketidak berfungsian sosial suatu keluarga maka semakin tinggi tingkat kenakalan remajanya (perilaku menyimpang yang dilakukanoleh remaja
Saran
Untuk memperkecil tingkat kenakalan remaja ada dua hal yang perlu diperhatikan yaitu meningkatkan keberfungsian sosial keluarga melalui program-program kesejahteraan sosial yang berorientasi pada keluarga dan pembangunan social yang programnya sangat berguna bagi pengembangan masyarakat secara keseluuruhan Di samping itu untuk memperkecil perilaku menyimpang remaja dengan memberikan program-program untuk mengisi waktu luang, dengan meningkatkan program di tiap karang taruna. Program ini terutama diarahkan pada peningkatan sumber daya manusianya yaitu program pelatihan yang mampu bersaing dalam pekerjaan yang sesuai dengan kebutuhan.



Rujukan
Gunarsa Singgih D at al, 1988, Psikologi Remaja, BPK Gunung Mulya, Jakarta
Kartini Kartono,1986, Psikologi Sosial 2, Kenakalan Remaja, Rajawali, Jakarta
Sartono, Suwarniyati, 1985, Pengukuran Sikap Masyarakat terhadap Kenakalan Remaja , Jakarta
Soerjono Soekanto, 1988, Sosiologi Penyimpangan, Rajawali, Jakarta

Minggu, 03 Mei 2009

Divusi Inovasi KTSP

Untuk Memenuhi Tugas Difusi Inovasi Pendidikan
yang Dibina Oleh Dra.Susilaningsih

Oleh :
Armedofuthimunadzar Mayang Arum
Citra Dwi R Mutiah Isfahani
Deny Trisnaningtyas Niko Hanggara
Dewi Nur Farida Novi Indah S
Diki Nur Fadilatus
Estri Setyowati Nurul Puadiyah
Faris Ahmad Radika Galajatera
Febri Yona Roro Ajeng A.R
Ida Fitria Sarwendah Rosita D
Kamaluddin Siswi Pujiningsih
M. Ihya U Sintia Hindra Z.
M.Lukman H




UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
TEKNOLOGI PENDIDIKAN
Mei, 2009
BAB I
PENDAHULUAN


1.1. Latar Belakang
Salah satu komponen penting dari sistem pendidikan adalah kurikulum, karena kurikulum merupakan komponen pendidikan, baik oleh pengelola maupun penyelenggara, khususnya oleh guru dan kepala sekolah. Kurikulum dibuat secara sentralistik, oleh karena itu setiap satuan pendidikan diharuskan untuk melaksanakan dan mengimplementasikannya sesuai dengan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis yang disusun oleh pemerintah pusat.
Berdasarkan UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional dan PP No.19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, mulai tahun ajaran 2006/2007, Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) telah disempurnakan menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Tugas Departemen pendidikan nasional tak lagi menentukan standar kurikulum pembelajaran. Namun, hanya menentukan delapan standar, yakni standar isi, proses, kompetensi lulusan, pembiayaan, sarana prasarana, pengelolaan, tenaga kependidikan, dan penilaian. KBK dan KTSP merupakan kurikulum berbasis kompetensi yang bertujuan membuat anak kompeten atau menguasai materi pelajaran, memiliki sikap dan ketrampilan.
Pada dasarnya KTSP adalah KBK yang dikembangkan oleh satuan pendidikan berdasarkan Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL). SK dan Kompetensi Dasar (KD) yang terdapat dalam SI merupakan penyempurnaan dari SK dan KD yang terdapat pada KBK. Sebagai contoh dalam Kurikulum MTs 2004 hanya terdapat satu/dua Standar Kompetensi (SK) masing-masing jenjang kelas untuk hampir semua mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (Aqidah Akhlak, Al-Qur’an Hadits, Fiqh, dan SKI). Namun dalam Kurikulum 2006 terdapat lebih dari dua SK untuk setiap jenjang kelas untuk seluruh mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dilengkapi rinciannya pada kelas dan pelajaran tertentu. Masing-masing SK sudah ditentukan pada tiap-tiap semester. Sementara itu, batasan semacam ini tidak ada pada Kurikulum 2004.

1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
(1) Bagaimana proses dalam difusi inovasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)?
(2) Apa saja tugas agen pembaharu?
(3) Bagaimanana proses pengambilan keputusan penolakan dalam divusi inovasi KTSP?

1.3. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:
(1) Menjelaskan proses dalam difusi inovasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
(2) Mengetahui tugas-tugas agen pembaharu.
(3) Menjelaskan proses pengambilan keputusan penolakan difusi inovasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

BAB II
PEMBAHASAN


2.1 Proses Divusi Inovasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) sangat cepat. Perubahan sosialpun juga cepat sekali terjadi dan jarang sekali dapat dicegah. Itu semua disebabkan oleh inovasi, diskoveri, ataupun invensi yang saat ini cepat tumbuh, bermacam-macam dan cepat menyebar karena adanya difusi inovasi.
Pengertian dari difusi inovasi adalah proses komunikasi antar warga masyarakat (anggota sistem sosial) mengenai ide, barang, kejadian, metode, yang diamati sebagai sesuatu yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang baik itu berupa hasil invensi atau diskoveri yang diadakan untuk mencapai tujuan dengan menggunakan saluran dan dalam waktu tertentu.
Dalam divusi inovasi, ada empat macam strategi yang digunakan yaitu fasilitatif, paksaan, bujukan dan strategi pendidikan.
Dalam divusi inovasi KTSP, strategi yang digunakan adalah sebagai berikut:
1) Strategi Fasilitatif
Stategi ini dapat dilakukan dengan cara memberikan fasilitas-fasilitas pendidikan yang dapat memudahkan prosess pembelajaran. Fasilitas pendidikan tersebut dapat berupa pengadaan buku paket online. Siswa maupun guru dapat langsung mendownload buku pelajaran melalui internet secara gratis. Fasilitas lain dapat berupa pemberian OHP dan LCD kepada masing-masing sekolah.


2) Strategi Pendidikan
Penggunaan strategi pendidikan dapat dilakukan dengan memberikan pelatihan terporgram secara sistematis dan mendasar kepada pendidik. Materi pelatihan yang diberikan dapat berupa proses mengembangkan kurikulum dan pelatihan tentang pembelajaran dengan melakukan seminar dan pengenalan dan pelatihan penggunaan KTSP kepada pelaksanaan pendidikan seperti guru, kepala sekolah, kegiatan pelatihan ini meliputi:
1) Manajemen berbasis sekolah
2) Sosialiasasi KTSP
3) Pengembangan kurikulum
4) Penyusunan draf secara mandiri yang dibimbing oleh pengembang
kurikulum daerah.

Sasaran
Sasaran dari difusi inovasi pendidikan KTSP ini meliputi kepala sekolah, guru, dan perangkat sekolah dengan tujuan akhir untuk kepentingan siswa.


2.2 Tugas Agen Pembaharu
Agen pembaharu ini dilakukan oleh perwakilan dari Depdiknas (dewan pendidikan).
Secara umum, tugas agen pembaharu adalah sebagai berikut:
1) Mensosialisasikan tentang KTSP kepada kepala sekolah di seluruh daerah masing-masing dan cara implementasinya pada proses pembelajaran.
2) Mendiagnosa masalah yang dihadapi klien/ sasaran sehingga mengapa alternatif yang digunakan itu tidak sesuai dengan kebutuhan sasaran.
3) Membangkitkan kebutuhan untuk berubah, agen pembaharu harus membantu sasaran atau klien, agar mereka sadar akan perlunya inovasi pendidikan.
Secara khusus, tugas agen pembaharu meliputi:
1) Perencanaan
Sebelum melakukan tindakan, maka agen pembaharu harus membuat rancangan kegiatan yang akan dilakukan.yaitu:
• Menetapkan kriteria sekolah di daerah yang akan dijadikan model pengembangan KTSP, yang memenuhi syarat baik dari sarana prasarana, SDM atau kesiapan guru dan siswa dalam melaksanakan kurikulum KTSP.
• Menetapkan sekolah yang ada didaerah untuk dijadikan sebagai klien atau sasaran agen pembaharu dalam divusi inovasi KTSP.
• Menyusun tim pelaksana yang disebut Tim Pengembang KTSP. Tim ini melibatkan guru sekolah yang bersangkutan dan terdapat pengurus di dalamnya serta menetapkan tugas - tugasnya.
• Merancang program kegiatan pelatihan proses mengembangkan kurikulum dan pelatihan tentang pembelajaran yang disesuaikan dengan SDM guru yang bersangkutan. Meliputi waktu, tempat , jumlah peserta didik dan rangakaian acara yang akan dijalani.
2) Pelaksanaan
• Membentuk Tim Pengembang KTSP yang terdiri dari dewan pendidikan dan komite sekolah yang bertanggung jawab atas pelaksanaan, pengurus dari agen pembaharu sebagai pelaksana dan fasilitator. Serta dari berbagai pihak yang terlibat dalam pendidikan.
• Mengadakan acara seminar atau penyuluhan kepada sekolah-sekolah tentang kurikulum KTSP.
• Menyediakan dan menyiapkan tenaga, alat – alat, dan tempat yang digunakan untuk acara pengenalan kurikulum KTSP, Agen pemabaharu harus menyiapkan pelatihan-pelatihan untuk tenaga pendidik.
• Melaksanakan acara pengenalan KTSP sesuai dengan waktu, tempat, dan rangkaian acara yang telah ditetapakan. Agen pembaharu menerangkan pelatihan-pelatihan tentang KTSP yang kemudian untuk dipraktekkan oleh tenaga pendidk dalam pembuatan kurikulum di sekolah.
• Agen pemabaharu menyediakan atau memberikan tunjangan kepada sekolah untuk memenuhi sarana dan prasarana yang di butuhkan dalam proses belajar dan pembelajaran melanjutkan usaha perubahan sosial.


2.3 Proses Pengambilan Keputusan Difusi Inovasi KTSP
1) Tahap Pengetahuan
Tahap ini berlangsung, klien ingin mengetahui adanya suatu inovasi KTSP serta ingin mengetahui bagaimana fungsi inovasi tersebut.
2) Tahap Bujukan (persuasi)
Tahap ini berlangsung ketika klien mulai membentuk sikap tidak menyenangi terhadap inovasi pendidikan (KTSP).
3) Tahap Keputusan
Tahap ini berlangsung ketika klien melakukan aktivitas yang mengarah ke penetapan untuk memutuskan menolak inovasi.
a. Penolakan Aktif
Pada tahap ini, penolakan inovasi KTSP setelah klien melalui
proses mempertimbangkan untuk menerima inovasi KTSP atau mungkin
sudah mencoba terlebih dahulu, tetapi keputusan akhir menolak inovasi.
b. Penolakan Pasif
Pada tahap ini, klien menolak inovasi KTSP tanpa mempertimbangkan
sama sekali inovasi yang ada.


Inovasi KTSP ini ditolak, karena disebabkan oleh hambatan-hambatan sebagai berikut:
(1) Sasaran / masyarakat luas menentang keras tentang inovasi pendidikan, mereka merasa hal itu tidak perlu.
(2) Tidak ada inovasi terbuka tentang inovasi pendidikan pada diri masyarakat untuk menerima inovasi pendidikan (KTSP), mereka berpendapat kurikulum yang sebelumnya (KBK) itu belum terlaksana mengapa harus ada kurikulum baru, itu justru akan membingungkan pihak-pihak sekolah seperti guru, siswa serta masyarakat lainnya.
(3) Adanya hambatan geografis, yang mencakup :
- Jarak jauh,
- Transport yang lambat,
- Daerah yang terisolasi, dan
- Keadaan iklim yang tergantung menguntungkan.
(4) Adanya hambatan ekonomi, yang mencakup:
- Tersedianya bantuan dana dari pemerintah dan pengaruh inflasi
- Tidak mencukupinya bantuan finansiil dari pemerintah merupakan hambatan yang serius.
- Hal ini juga terbukti bahwa sebagian dari kegiatan inovasi dalam berbagai bidang menggunakan dana dari bantuan luar negeri. Dari hasil penelitian difusi inovasi di Negara berkembang ini juga diperoleh data bahwa banyak juga pelaksanaan inovasi yang kurang dapat memperhitungkan perencanaan penggunaan dana dengan tepat termasuk memperhitungkan adanya inflasi (pengaruh krisis global).
(5) Kurangnya SDM yang mampu menjabarkan KTSP pada kebanyakan sekolah,sebagaian besar guru belum bisa diharapkan memberikan kontribusi, pemikiran,dan ide-ide kreatif untuk menjabarkan panduan KTSP.
(6) Rendahnya kualifikasi pengembangan KTSP baik di atas kertas maupun di depan kelas, juga disebabkan pola kurikulum lama yang terlanjur mengekang.
(7) Belum maksimalnya sosialisasi serta pelatihan terhadap guru-guru bahkan masih ada guru-guru yang belum dapat sosialisasi serta pelatihan sehingga masih banyak guru dan pemangku kepentingan yang belum memahami KTSP.
(8) Masih banyak guru-guru yang berpersepsi sebagai penerima pasif pengambilan keputusan.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Divusi Inovasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan penyempurnaan dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Penyebaran kurikulum ini menggukan dua strategi yaitu:
- strategi pendidikan dan
- strategi fasilitatif.
Dimana strategi ini digunakan untuk mencapai tujuan inovasi pendidikan, yang melalui proses perencanaan,. pelaksanaan, dan pengambilan keputusan.

3.2 Saran
(1.) Depdiknas seharusnya memberikan fasilitas yang menunjang untuk pengembangan KTSP di daerah.
(2.) Depdiknas seharusnya lebih banyak melakukan sosialisasi KTSP berupa seminar-seminar dan pelatihan agar kesiapan guru dalam pelaksanaan KTSP lebih meningkat kreatifitasnya.
(3.) Kepala sekolah sebaiknya dapat mengkomunikasikan dengan baik kepada guru tentang perubahan kurikulum tersebut.






DAFTAR RUJUKAN

Mulyasa, E. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Susilo, Muhammad Joko.2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Yogyakarta: PT. Putra Pelajar
Muslich, Masnur. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Jumat, 24 April 2009

my life about luv

24 april 2009
Huh… kemaren… Q iseng ganti status di Fb dari lajang jadi berpacaran, hm… itu buat mengundang sohib-sohib ipa1Q untuk visit my fb, eh… Bener ternyata mereka pada hebohhh pooollll… hahahahaha.. en mereka pada sibuk cuy nyucapin selamat ke diriku…tyus… menjelang malam tadi mereka sms Q mereka sibuk kirim sms… hahaha… Mulai dari Handri nan meratapi nasipnya di Makassar, trus Lilies di padang nan Angek, CiCa di JoGja nan ga pulang-pulang, tyus sherly di JKT yang pusing dengan mantanNya, yang paling ribet adalah sohib Q tiket maniket Rama, Ribet Abis… q dah jelasin klo Q ga da jadian… tapi dia tetap ngotot,… koyoke si Rama ni balas dendam Ma Q pastinya… soalnya beberapa hari yang lalu aku juga nuduh dia dah jadian …tapi ga ngabari sohibNya sendiri..
Ya Ampunnn apa yang mau daku jadian disini… secara cuy.. hu…mimpiQ klu jadian dengan seseorang saat ini…ya sama Nak Pak SBY…itu lho Edhie Baskhoro Yodhoyona. Lagian klo pacaran otomatis…kebebasan Qta berkurang… tyus…cinta kita dah terbagi buat orang lain, apalagi yang Q kuliat oRang-orang yang pcaran disini tingkahnya pada aneh… padahal kebanyakan nak sini jebolan pesantren terkenal, yang pasti Udaghhh melakukan…hal sesuatu yang belum haknya, em… sedangkan berteman saja… makhluk adam disini udah berani megang-megang, menjijikkan sekali huh,,, ya Allah lindungilah aku…
Um yah… walaupun daku semasa SMA dulu punya teman cowok semua.. en yang cewe wanita baik-baik…ga da tu.. yang megang-megang gitu.. palingan di waktu darurat, seperti mo bulan RamaDhan, en Hari Raya… en Kadang kayak darurat… si teman lagi kecebur got… biasanya menarik tangan buat nolongin si teman perempuan yang jatuh…ya cuman gitu… eh… yang paling penting lagi kita bersentuhan… yahhh palingan nampar, en nonjok…hahahahah maklum dalam persahabatan kita sering becanda yang udagh keterlaluan.. makanya Cuyyyy.
Ya Allah… tolong lindungilah Diriku… memang ada keinginan untuk itu…tapi hamba tak ingin melanjutkan ke yang lebih jauh sebelum waktunya, karena Cinta itu adalah napsu, apalagi jarak yang sangat dekat dan bertemu setiap hari, pasti hal itu akan berakhir dengan napsu. Cinta yag bukan Napsu adalah cinta untuk keluargaQ. Terutama seperti yang sekarang ini…aku masih beranjak dewasa…cintaku hanya Untuk Ayah, Ibu en kedua adiKQ…amiennn

Senin, 06 April 2009

Intelegensi

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

INTELIGENSI

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Psikologi Pendidikan yang dibina Bapak Imanuel Hitipeuw

Oleh:
Kelompok 2
Armedo Futhi. M (208121415694)
Erwin Junaedi (208121415705)
Kamaluddin (208121415706)
Radhika Gala Jatera (208121415708)
Miftahudin (208121415713)
Ari Riski Pradana (208121415717)
Hendra Sakti (208121415721)











UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN
Maret 2009

1. Tentang Inteligensi
Psikologi pada hakikatnya adalah ilmu tentang tingkah laku manusia maupun hewan, tetapi khususnya tingkah laku manusia. Berbicara mengenai inteligensi, tingka laku dapat dibagi dalam tingkah laku yang hanya sedikit membutuhkan inteligensi dan tingkah laku yang membutuhkan inteligensi lebih. Seseorang yang sedang menikmati sebuah taman bung misalnya, jika ia hanya memandangi warna bunga, menciumi harum bung-bunga maka ia sedang melakukan perbuatan yang membutuhkan sedikit inteligensi. Tetapi, kalau ia mulai menghitung berapa banyak bunga di taman itu, kemudian mulai mecari nama dan jenis bunga maka ia melakukan perbuatan inteligesif yang lebih tinggi lagi.
Sehingga dapat disimpulkan tingkah laku inteligensif yang sehari-hari dilakukan oleh manusia bertingkat-tingkat, ada yang sederana seperti menghitung 1 + 1 = 2, ada yang agak rumit seperti mencari sebuah kota dari sebuah peta buta, ada yang lebih umit lagi seperti membuktikan detail phytagoras, dan ada yang sangat rumit memutuskan perkara oleh seorang hakim atau merancang sebuah jembatan oleh seorang insinyur atau membuat satelit palapa oleh beratus-ratus insinyur. Hal lain yang menandai tingkah laku inteligensif adalah adanya tindakan yang terarah untuk mengelola dan menguasai lingkungan secara efektif.


2. Inteligensi Menurut Para Ahli
Alferd Binet menyatakan inteligensi merupakan kemampuan yang diperoleh melalui keturunan, kemampuan yang diwariskan dan dimiliki sejak lahir dan tidak terlalu banyak dipengaruhi oleh lingkungan. Dalam batas-batas tertentu lingkungan turut berperan dalam pembentukan kemampuan intelignsi.
Kemudian menurut William Sterm, inteligensi merupakan kesanggupan untuk menyesuaikan diri kepada kebutuhan baru, dengan menggunakan alat-alat berfikir yang sesuai dengan tujuannya. Menurut dia inteligensi sebagian besar tergantung dengan dasar dan keturunan. Pendidikan atau lingkungan tidak begitu berpengaruh terhadap inteligensi seseorang. Pendapat ini diperkuat oleh seorang ahli bernama Prof. Weterink (Mahaguru di Amsterdam) yang berpendapat, belum dapat dibuktikan bahwa inteligensi dapat diperbaiki atau dilatih. Belajar berfikir hanya diartikannya hanya menambah pengetahuan saja akan tetapi tidak berarti bahwa kekuatan berfikir bertambah baik.
David Wechsler berpendapat, inteligensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif. Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa inteligensi adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir secara rasional. Oleh karena itu, inteligensi tidak dapat diamati secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari proses berpikir rasional
Howard Gardner mendefinisikan Inteligensi sebagai kemampuan untuk memecahkan persoalan dan menghasilkan produk dalam suatu setting yang bermacam-macam dan dalam situasi yang nyata. Inteligensi bukanlah kemampuan seseorang untuk menjawab soal-soal tes IQ dalam ruang tertutup yang terlepas dari lingkungannya. Akan tetapi, inteligensi memuat kemampuan seseorang untuk memecahkan persoalan yang nyata dan dalam situasi yang bermacam-macam. Seseorang memiliki inteligensi yang tinggi apabila ia dapat menyelesaikan persoalan hidup yang nyata, bukan hanya dalam teori. Semakin seseorang terampil dan mampu menyelesaikan persoalan kehidupan yang situasinya bermacam-macam dan kompleks, semakin tinggi inteligensinya.
.

3. Pengertian IQ
IQ merupakan singkatan dari Inteligece Quotient. Pengertian Quotient adalah suatu konsep kuantitatif yang pada awalnya diperlakukan dalam rangka mengukur tingkat kecerdasan (inteligensi). Orang seringkali menyamakan arti inteligensi dengan IQ, padahal kedua istilah ini mempunyai perbedaan arti yang sangat mendasar. IQ adalah hanyalah skor yang diperoleh dari sebuah alat tes kecerdasan. Dengan demikian, IQ hanya memberikan sedikit indikasi mengenai taraf kecerdasan seseorang dan tidak menggambarkan kecerdasan seseorang secara keseluruhan.


4. Pengukuran IQ
Orang yang berjasa menemukan tes inteligensi pertama kali ialah seorang dokter bangsa Prancis : Alfred Binet dan pembantunya Simon. Tesnya terkenal dengan nama tes Tes Binet-Simon. Seri tes dari Binet-Simon ini, pertamakali diumumkan antara 1908-1911 yang diberi nama : “Chelle Matrique de l’inteligence” atau skala pengukur kecerdasan. Tes binet-simon terdiri dari sekumpulan pertanyaan-pertanyaan yang telah dikelompok-kelompokkan menurut umur (untuk anak-anak umur 3-15 tahun). Pertanyaan-pertanyaaan itu sengaja dibuat mengenai segala sesuatu yang tidak berhubungan dengan pelajaran di sekolah. Seperti mengulang kalimat-kalimat yang pendek atau panjang, mengulang eretan angka-angka, memperbandingkan berat timbangan, menceriterakan isi gambar-gambar, menyebutkan nama bermacam macam warna, menyebut harga m,ata uang dan sebagainya.
Dengan tes semacam inilah usia seseorang diukur atau ditentukan. Dari hasil tes itu ternyata tidak tentu bahwa usia kecerdasan itu sama dengan usia sebenarnya (usia kalender). Sehingga dengan demikian kita dapat melihat adanya perbedaan-perbedaan IQ (Inteligentie Quotient) pada tiap-tiap orang/anak.
Tes binet-simon ini kemudian terkenal dimana-mana. Di Jerman, Inggris, dan terutama di Amerika tes tersebut banyak digunakan dan diperbaharui/dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan keadaan daerah masing-masing. Orang yang terkanal dalam mengembangkan tes inteligensi ini antara lain Bobertag (Jerman), Weahler (Inggris), dan Therman (Amerika).
Dewasa ini perkembangan tes itu demikian majunya sehingga sekarang terdapat beratus-ratus macam tes, baik yang berupa tes verbal maupun nonverbal. Juga dinegeri kita sudah mulai banyak dipergunakan tes-tes (pada umumnya masih merupakan saduran tes luar negeri) dalam lapangan pendidikan maupun dalam memilih jabatan-jabatan tertentu.

Klasifikasi IQ
Genius 140 ke atas
Sangat Cerdas 130-139
Cerdas (superior) 120-129
Di atas rata-rata 110-119
Rata-rata 90-109
Di bawah rata-rata 80-89
Garis Batas 70-79
Moron 50-69
Imbisil, Idiot 49 ke bawah

5. Faktor-faktor dalam Inteligensi
Para ahli belum sepenuhnya sependapat mengenai faktor-faktor apa saja yang terdapat dalam inteligensi itu sendiri. Karena itu para ahli belum sependapat bahwa dalam inteligensi ada faktor umum (D faktor), yang menentukan apakah seseorang itu secara umum pandai atau bodoh dan faktor khusus (S faktor), yang menentukan kepandaian seseorang dalam bidang tertentu, seperti matematika atau bahasa atau perdagangan dan sebagainya. Tetapi Thrustone mengatakan bahwa faktor umum tidak ada, yang ada hanya faktor-faktor yang olehnya diberi nama “Primary Mental Abilities” yang terdiri dari 7 faktor yaitu pengertian verbal, kemampuan angka-angka, penglihatan keruangan, kemampuan pengindraan, ingatan, penalaran, dan kelancaran kata-kata.
Sebaliknya seorang sarjana lain yang bernama G.H. Thomson tidak setuju dengan ketujuh faktor tersebut. Ia berpendapat inteligensi mengandung banyak sekali faktor yang masing-masing bebas dan berdiri sendiri, tetapi suatu faktor yang berfungsi pada suatu saat tertentu hanyalah sebagian kecil saja dari keseluruhan faktor yang ada.
Howard Gardner perpendapat dalam diri seseorang terdapat delapan kecerdasan yang ia sebut “Multiple Inteligence”, namun untuk orang-orang tertentu kadang suatu inteligensi lebih menonjol daripada yang lainnya. menurut Gardner kedelapan kecerdasan itu antara lain :
1) Inteligensi Linguistik (linguistic intelligence)
Inteligensi linguistik merupakan kemampuan seseorang dalam menggunakan kata-kata, baik secara lisan maupun tulisan, untuk mengekspresikan ide-ide atau gagasan-gagasan yang dimilikinya. Orang yang mempunyai kecerdasan linguistik tinggi akan berbahasa lancar, baik dan lengkap. Ia mudah untuk mengetahui dan mengembangkan bahasa dan mudah mempelajari berbagai bahasa.
2) Inteligensi Matematis-Logis (logic-mathematical intelligence)
Inteligensi matematis-logis merupakan kecerdasan yang berkaitan dengan kemampuan penggunaan bilangan dan logika secara efektif. Termasuk dalam kecerdasan ini adalah kepekaan pada pola logika, abstraksi, kategorisasi dan perhitungan.
3) Inteligensi Ruang (spatial intelligence)
Inteligensi ruang atau inteligensi ruang visual adalah kemampuan seseorang dalam menangkap dunia ruang visual secara tepat, seperti yang dimiliki oleh seorang dekorator dan arsitek. Yang termasuk dalam kecerdasan ini adalah kemampuan untuk mengenal bentuk dan benda secara tepat, melakukan perubahan bentuk benda dalam pikiran dan mengenali perubahan tersebut, menggambarkan suatu hal/benda dalam pikiran dan mengubahnya dalam bentuk nyata serta mengungkapkan data dalam suatu grafik.
4) Inteligensi Kinestetik-Badani (bodily-kinesthetic intelligence)
Inteligensi kinestetik-badani merupakan kemampuan seseorang untuk secara aktif menggunakan bagian-bagian atau seluruh tubuhnya untuk berkomunikasi dan memecahkan masalah. Orang yang mempunyai kecerdasan ini dengan mudah dapat mengungkapkan diri dengan gerak tubuh mereka. Apa yang mereka pikirkan dan rasakan dengan mudah dapat diekspresikan dengan gerak tubuh.
5) Inteligensi Musikal (musical intelligence)
Inteligensi musikal merupakan kemampuan untuk mengembangkan dan mengekspresikan, menikmati bentuk-bentuk musik dan suara, peka terhadap ritme, melodi dan intonasi serta kemampuan memainkan alat musik, menyanyi, menciptakan lagu dan menikmati lagu.
6) Inteligensi Interpersonal (interpersonal intelligence)
Inteligensi interpersonal merupakan kemampuan seseorang untuk mengerti dan menjadi peka terhadap perasaan, motivasi, watak, temperamen, ekspresi wajah, suara dan isyarat dari orang lain. Secara umum, inteligensi interpersonal merupakan kemampuan seseorang untuk menjalin relasi dan komunikasi dengan orang lain.
7) Inteligensi Intrapersonal (intrapersonal intelligence)
Inteligensi interpersonal merupakan kemampuan seseorang untuk mengerti tentang diri sendiri dan mampu bertindak secara adaptif berdasar pengenalan diri. Termasuk dalam inteligensi interpersonal adalah kemampuan seseorang untuk berefleksi dan menyeimbangkan diri, mempunyai kesadaran tinggi akan gagasan-gagasan, mempunyai kemampuan mengambil keputusan pribadi, sadar akan tujuan hidup dapat mengendalikan emosi sehingga kelihatan sangat tenang. Orang yang mempunyai kecerdasan interpersonal akan dapat berkonsentrasi dengan baik.
8) Inteligensi Lingkungan/Natural (natural intelligence)
Inteligensi lingkungan atau natural memiliki kemampuan mengerti flora dan fauna dengan baik, dapat memahami dan menikmati alam dan menggunakannya secara produktif dalam bertani, berburu dan mengembangkan pengetahuan akan alam. Orang yang mempunyai kecerdasan lingkungan/natural memiliki kemampuan untuk tinggal di luar rumah, dapat berhubungan dan berkawan dengan baik.


6. Inteligensi Dengan Bakat
Inteligensi merupakan suatu konsep mengenai kamampuan umum individu dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan. Dalam kemampuan yang umum ini terdapat keampuan-kemampuan yang amat spesifik. Kemampuan ini memberikan pada individu suatu kondisi yang memungkinkan tercapainya pengetahuan, kecakapan, atau keterampilan tertentu setelah melalui suatu latihan. Inilah yang disebut bakat atau aptitude. Karena suatu tes inteligensi tidak dirancang khusus untuk menyingkap kemampuan-kemampuan khusus ini, maka bakat tidak dengan segera diketahui lewat tes inteligensi. Demikian juga, karena rangsang lingkungan dengan tidak sadar selalu diarahkan pada kemampuan-kemampuan khusus ini maka bakat tidak selalu dengan sendirinya menampakkan diri.
Alat yang digunakan untuk menyingkap kemampuan khusus ini disebut aptitude test atau tes bakat. Karena sifatnya khusus, maka tes ini dirancang khusus untuk mengungkap kemampuan yang amat spesifik. Tes bakat yang digunakan untuk mengungkap prestsi belajar pada bidang tertentudinamakan Scholastic Aptitude Test, dan yang dipakai dibidang pekerjaan adalah Vocational Aptitude Test, dan Interest Inventory.


7. Inteligensi dan Kreativitas
Kreatifitas merupakan salah satu ciri dari perilaku yang inteligen karena keativitas juga merupakan manifestsi dari suatu proses kognitif, meskipun demikian, hubungan antara kreativitas dengan inteligensi tidak selalu menunjukkan keselarasannya. Walaupun ada anggapan kreatifitas mempunyai hubungan yang bersifat kurva linear dengan inteligensi, tetapi bukti-bukti yang diperoleh dari berbagai penelitian tidak mendukung pendapat itu. Skor IQ yang rendah memang diikuti tingkat kreativitas yang rendah, namun semakin tinggi skor IQ tidak selalu diikuti oleh tingkat keativitas yang tinggi. Sampai pada skor IQ tertentu, masi dapat korelasi yang cukup berarti. Tapi leih tinggi lagi ternyata tidak ditemukan adanya hubungan antara IQ dengan tingkat kreatifitas.
Permasalahan diatas menimbulkan banyak pertanyaan mengapa ini terjadi. Salah satu jawabannya diberikan oleh J. P. Guilfrod. Ia menjelaskan bahwa kreatifitas adalah suatu proses berfikir yang bersifat divergen, yaitu kemampuan untuk memberikan alternatif jawaban berdasarkan informasi yang diberikan. Sebaliknya, tes inteligensi hanya dirancang untuk mengukur proses berfikir yang bersifat konvergen, yakni kemampuan untuk memberikan satu jawaban atau kesimpulan yang logis berdasarkan informasi yang diberikan.


8. Hubungan inteligensi dengan kehidupan
Memang kecerdasan/intelijensi seseorang memainkan peranan yang penting dalam kehidupannya. Akan tetapi kehidupan adalah sangat kompleks, intelejensi bukan satu-satunya faktor yang menentukan sukses tidaknya kehidupan seseorang. Banyak lagi faktor yang lain, seperti faktor kesehatan dan ada tidaknya kesempatan. Orang yang sakit-sakitan saja meskipun intelejensinya tinggi dapat gagal dalam usaha mengembangkan dirinya dalam kehidupannya. Demikian pula meskipun cerdas jika tidak ada kesempatan mengembangkan dirirnya dapat gagal pula.
Juga watak (pribadi) seseorang sangat berpengaruh dan turut menentukan. Banyak di antara orang-orang yang sebenarnya memiliki intelejensi yang cukup tinggi, tetapi tidak mendapat kemajuan dalam kehidupannya. Ini disebabkan/karena misalnya, kekurangan-mampuan bergaul dengan orang-orang lain dalam masyarakat,atau kurang memiliki cita-cita yang tinggi, sehingga tidak/kurang adanya usaha untuk mencapainya.
Sebaliknya, ada pula seorang yang sebenarnya memiliki intelejensi yang sedang saja, dapat lebih maju dan mendapat kehidupan yang lebih layak berkat ketekunan dan keuletannya dan tidak banyak faktor-faktor yang menggagu atau yang merintanginya. Akan tetapi intelejensi yang rendah menghambat pula usaha seseorang untuk maju dan berkembang, meskipun orang itu ulet dan bertekun dalam usahanya. Sebagai kesimpulan dapat kita katakan: Kecerdasan atau intelejensi seseorang memberi kemungkinan bergerak dan berkembang dalam bidang tertentu dalam kehidupannya. Sampai di mana kemungkinan tadi dapat direalisasikan, tergantung pula kepada kehendak dan pribadi serta kesempatan yang ada.
Jelaslah sekarang bahwa tidak terdapat korelasi yang tetap antara tingkatan intelegensi dengan tingkat kehidupan seseorang.





























DAFTAR RUJUKAN

Lindgren, Henry Clay. 1976. Educational Psychology in the Classroom. New York : John Wiley & Sons, Inc.











































KATA PENGANTAR

Atas berkat Tuhan Yang Maha Esa, dengan segala rahmat dan hidayah Nya yang telah memberikan kekuatan dan ketabahan baik lahir maupun batin, sehingga kami berhasil menyelesaikan penulisan Makalah mata kuliah Psikologi Pendidikan yang bertema “ Inteligensi “.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh bapak Imanuel Hitipeuw selaku dosen mata kuliah Psikologi Pendidikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, karena makalah ini terbentuk dari ilmu pengetahuan kami yang masih kerdil. Oleh karenanya kami memohon saran yang membangun dari para pembaca.
Pada akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, terima kasih.


Malang, Maret 2009



Penulis

Selasa, 24 Maret 2009

Ka Surau di di Ranah Minang


KA SURAU
Asal daerah saya adalah di Payakumbuh Sumatera Barat. Komunitas suku Minang sangat kental di daerahku, yang sudah pasti sudah sangat kental sekali dengan adat istiadat dan religius. Terutama dalam hal gotong royong dan musyawarahnya. Hal yang paling sangat mencolok di daerah saya adalah ritual pergi ke surau bagi masyarakatnya. Surau adalah sebutan lain untuk Mushola didaerahku. Surau selain sebagai tempat untuk beribadah, menimba ilmu, tapi juga sebagai tempat mempererat tali silaturahmi antar warga kampung
 Surau adalah tempat yang sangat penting bagi daerah saya. Dan beda surau dengan masjid di daerah saya adalah, kalau masjid letaknya diperbatasan antara kampung satu dengan yang lain, maksudnya adalah dengan begitu masjid adalah tempat dimana tempat ibadah yang mempereratkan silaturahmi atau mempertemukan masyarakat kampung satu dengan yang lainnya. Dan disini peran masjid sangat besar demi kemaslatan antar warga kampung satu dengan yang lain. Sedangkan surau, adalah tempat yang wajib dimiliki setiap kampung. Pergi ke surau bagi wanita harus memakai baju kurung, dan yang laki-laki menggunakan baju gunting cina.
 Setiap waktu sholat masuk, warga selalu meramaikan mushola untuk beribadah kepada Allah SWT. Tidak hanya itu, kegiatan disurau hampir tidak pernah sepi. Yang biasanya di hari biasa setelah sholat subuh sampai zhuhur masuk itulah waktu dimana di surau tersebut tidak ada kegiatan, dikarenakan masyarakat semua sibuk dengan aktivitas meraka, ada yang sibuk bekerja disawah atau diladang, berdagang, megajar disekolah-sekolah dan anak-anak pergi kesekolah.
 Di hari-hari biasa, ketika waktu sholat zhuhur masuk, masyarakatpun beramai-ramai datang kesurau untuk melaksanakan sholat berjamaah, setelah itu warga pulang kerumah untuk menyegerakan makan siang, dan kemudian mereka menyiapkan anak-anak mereka yang berumur 4 -7tahun tahun untuk belajar mengaji iqrake surau. Mengaji disurau adalah hal yang paling disukai anak-anak, karena selain diajarkan Pak Guru yang ramah, juga mengajinya menggunakan pengeras suara atau mic. Dengan demikian si anak semakin senang jika ia didengar mengaji oleh orangtuanya atau keluarganya dirumah. Nantinya setelah dirumah atau bertemu dijalan dengan tetangga atau sanak famili si anak akan merasa senang dipuji karena si anak sudah pandai mengaji. Setelah giliran anak seumuran tersebut selesai mengaji, sekarang giliran anak-anak yang sudah bisa membaca alqur’an. Biasanya anak-anak yang berumur 8 tahun sampai dewasa memenuhi surau untuk mengaji Irama. Untuk mengaji irama ini dilakukan setalah sholat ashar sampaii waktu magrib tiba, disini ditekankan si murid untuk bisa mengaji menggunakan irama-irama yang indah, ini adalah wajib bagi anak-anak yang sudah fasih membaca alqur’an. Kadang juga mendatangkan guru yang handal oleh sang si pengurus surau.
 Waktu magribpun tiba, azan dikumandangkan, makapun beramai-ramailah warga masyarakat untuk menunaikan sholat jamaah, di waktu magrib ini surau akan menjadi lebih padat dibandingkan waktu sholat yang lainnya. Semua kalangan baik dari anak-anak sampai orang yang sudah tua sekalipun berduyun-duyun datang ke surau untuk menunaikan sholat magrib, setelah sholat magrib ada yang menyempatkan mengaji, dan ada juga yang pulang, untuk setiap malam jumat biasanya ada pengajian bersama ustad, kadang juga jika kampung ada masalah masyarakat bermusyawarah disurau ini. Dan kala waktu isyapun selesai, maka para anak muda yang laki-laki harus datang ke surau untuk belajar beladiri yaitu silat taradisional. Mereka belajar dihalaman surau. Anak laki-laki yang sudah menginjak masa remaja dilarang tidur dirumah, biasanya setelah selesai belajar beladiri mereka akan tidur disurau, ketika waktu subuh mau masuk si anak laki-laki tersebut baru bisa pulang.
 Di hari-hari yang istimewa seperti hari besar agama atau khatam alqur’an di surau kegiatan keagamaannya sangat sakrall sekali. Misalnya yang sangat mencolok dan wajib adalah diwaktu bulan ramadhan mau masuk, seluruh warga akan berkumpul disurau yang dinamakanbalimau”, yaitu ritual saling maaf memaafkan sebelum melakukan puasa esok hari dibulan ramadhan, di waktu ini biasanya masing-masing keluarga akan membawa Talam(sebuah piring besar yang terbuat kuningan bercorak yang isinya berbagai macam masakan lezat ala masakan Minang). Setelah melakukan do’a bersama dipimpin Datuak Angku (ustad) masyarakatpun akan makan bersama (makan bajamba; makan bersama pakai talam). Biasanya kalau salah satu keluarga tidak datang di acara seperti ini tanpa alasan yang jelas, biasanya pandangan masyarakat agak lain. 
 Dan dibulan Ramadhan, kegiatan disurau makin padat apalagi di malam hari, hal yang tak pernah terlewatkan adalah nuzul Qur’an (MTQ) yang panitianya terdiri dari para remaja-remaja surau. Dan disinilah kemampuan si anak-anak dan para remaja beradu pandai mengaji dan mengaji berirama. Dan dari sini terlihat bakat para anak-anak dan remaja dalam mengaji, kemudian yang presetasinya bagus akan ikut kompetisi yang lebih tinggi lagi, missalnya tingkat kecamatan, kota ataupun tingkat propinsi
 Tat kala takbir lebaran akan dikumandangkan, semua orang pasti beramai-ramai ke surau untuk bertakbir bersama, bersuka cita dan itu adalah ritual yang sangat wajib. Ketika hari H hari raya idul fitri, suraupun juga dipadati bahkan sangat ramai, karena orang-orang yang dari rantaupun ikut berkumpul dan bersilaturahmi. Acara ini biasanya dilaksanakan setelah shalat zuhur usai, semua warga dan orang-orang yang biasanya dirantau datang kesurau, masing-masing keluarga seperti biasa membawa talam yang berisi masakan-masakan lezat dan makanan-makanan ringan khas minang, dari isi dalam tersebut yang paling wajib adalah rendang, baik rendang daging, ubi, maupun cubadak. Karena menurut adat Minang, membuat rendang itu adalah sangat wajib ketika hari raya datang, kadang jika sang keluarga tidak sanggup untuk membeli daging sapi, biasanya mereka merendang kayu yang dipotong seperti daging rendang. Kemudian dilakukan do’a bersama dan saling maaf memaafkan , setelah itu dilakukan penggalangan infaq dan sadaqoh untuk anak yatim, setelah dana untuk anak yatim terkumpul, kemudian dana untuk pembangunan dan pembenahan masjid dan surau, biasanya orang yang dari rantau memberikan sumbangan yang terbanyak. Dana tersebut digunakan untuk penambahan fasiltas masjid dan mushola. Itulah hal yang paling berkesan dari banyak kegiatan. Bagi orang rantau, tidak pulang kampung disaat lebaran, adalah hal mustahil untuk dilewatkan. Karena kebersamaan disurau adalah yang pertamakali diingat.
  Itulah tradisi atau kebiasaan masyarakat didaerah saya terutama kampung tempat dimana saya dilahirkan, tempat dimana saya wajib menjalani kehidupan dilingkungan surau, baik dari segi ibadah, menimba ilmu, bersosialisasi, dan lain-lain.