Pages

Jumat, 24 April 2009

my life about luv

24 april 2009
Huh… kemaren… Q iseng ganti status di Fb dari lajang jadi berpacaran, hm… itu buat mengundang sohib-sohib ipa1Q untuk visit my fb, eh… Bener ternyata mereka pada hebohhh pooollll… hahahahaha.. en mereka pada sibuk cuy nyucapin selamat ke diriku…tyus… menjelang malam tadi mereka sms Q mereka sibuk kirim sms… hahaha… Mulai dari Handri nan meratapi nasipnya di Makassar, trus Lilies di padang nan Angek, CiCa di JoGja nan ga pulang-pulang, tyus sherly di JKT yang pusing dengan mantanNya, yang paling ribet adalah sohib Q tiket maniket Rama, Ribet Abis… q dah jelasin klo Q ga da jadian… tapi dia tetap ngotot,… koyoke si Rama ni balas dendam Ma Q pastinya… soalnya beberapa hari yang lalu aku juga nuduh dia dah jadian …tapi ga ngabari sohibNya sendiri..
Ya Ampunnn apa yang mau daku jadian disini… secara cuy.. hu…mimpiQ klu jadian dengan seseorang saat ini…ya sama Nak Pak SBY…itu lho Edhie Baskhoro Yodhoyona. Lagian klo pacaran otomatis…kebebasan Qta berkurang… tyus…cinta kita dah terbagi buat orang lain, apalagi yang Q kuliat oRang-orang yang pcaran disini tingkahnya pada aneh… padahal kebanyakan nak sini jebolan pesantren terkenal, yang pasti Udaghhh melakukan…hal sesuatu yang belum haknya, em… sedangkan berteman saja… makhluk adam disini udah berani megang-megang, menjijikkan sekali huh,,, ya Allah lindungilah aku…
Um yah… walaupun daku semasa SMA dulu punya teman cowok semua.. en yang cewe wanita baik-baik…ga da tu.. yang megang-megang gitu.. palingan di waktu darurat, seperti mo bulan RamaDhan, en Hari Raya… en Kadang kayak darurat… si teman lagi kecebur got… biasanya menarik tangan buat nolongin si teman perempuan yang jatuh…ya cuman gitu… eh… yang paling penting lagi kita bersentuhan… yahhh palingan nampar, en nonjok…hahahahah maklum dalam persahabatan kita sering becanda yang udagh keterlaluan.. makanya Cuyyyy.
Ya Allah… tolong lindungilah Diriku… memang ada keinginan untuk itu…tapi hamba tak ingin melanjutkan ke yang lebih jauh sebelum waktunya, karena Cinta itu adalah napsu, apalagi jarak yang sangat dekat dan bertemu setiap hari, pasti hal itu akan berakhir dengan napsu. Cinta yag bukan Napsu adalah cinta untuk keluargaQ. Terutama seperti yang sekarang ini…aku masih beranjak dewasa…cintaku hanya Untuk Ayah, Ibu en kedua adiKQ…amiennn

Senin, 06 April 2009

Intelegensi

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

INTELIGENSI

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Psikologi Pendidikan yang dibina Bapak Imanuel Hitipeuw

Oleh:
Kelompok 2
Armedo Futhi. M (208121415694)
Erwin Junaedi (208121415705)
Kamaluddin (208121415706)
Radhika Gala Jatera (208121415708)
Miftahudin (208121415713)
Ari Riski Pradana (208121415717)
Hendra Sakti (208121415721)











UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN
Maret 2009

1. Tentang Inteligensi
Psikologi pada hakikatnya adalah ilmu tentang tingkah laku manusia maupun hewan, tetapi khususnya tingkah laku manusia. Berbicara mengenai inteligensi, tingka laku dapat dibagi dalam tingkah laku yang hanya sedikit membutuhkan inteligensi dan tingkah laku yang membutuhkan inteligensi lebih. Seseorang yang sedang menikmati sebuah taman bung misalnya, jika ia hanya memandangi warna bunga, menciumi harum bung-bunga maka ia sedang melakukan perbuatan yang membutuhkan sedikit inteligensi. Tetapi, kalau ia mulai menghitung berapa banyak bunga di taman itu, kemudian mulai mecari nama dan jenis bunga maka ia melakukan perbuatan inteligesif yang lebih tinggi lagi.
Sehingga dapat disimpulkan tingkah laku inteligensif yang sehari-hari dilakukan oleh manusia bertingkat-tingkat, ada yang sederana seperti menghitung 1 + 1 = 2, ada yang agak rumit seperti mencari sebuah kota dari sebuah peta buta, ada yang lebih umit lagi seperti membuktikan detail phytagoras, dan ada yang sangat rumit memutuskan perkara oleh seorang hakim atau merancang sebuah jembatan oleh seorang insinyur atau membuat satelit palapa oleh beratus-ratus insinyur. Hal lain yang menandai tingkah laku inteligensif adalah adanya tindakan yang terarah untuk mengelola dan menguasai lingkungan secara efektif.


2. Inteligensi Menurut Para Ahli
Alferd Binet menyatakan inteligensi merupakan kemampuan yang diperoleh melalui keturunan, kemampuan yang diwariskan dan dimiliki sejak lahir dan tidak terlalu banyak dipengaruhi oleh lingkungan. Dalam batas-batas tertentu lingkungan turut berperan dalam pembentukan kemampuan intelignsi.
Kemudian menurut William Sterm, inteligensi merupakan kesanggupan untuk menyesuaikan diri kepada kebutuhan baru, dengan menggunakan alat-alat berfikir yang sesuai dengan tujuannya. Menurut dia inteligensi sebagian besar tergantung dengan dasar dan keturunan. Pendidikan atau lingkungan tidak begitu berpengaruh terhadap inteligensi seseorang. Pendapat ini diperkuat oleh seorang ahli bernama Prof. Weterink (Mahaguru di Amsterdam) yang berpendapat, belum dapat dibuktikan bahwa inteligensi dapat diperbaiki atau dilatih. Belajar berfikir hanya diartikannya hanya menambah pengetahuan saja akan tetapi tidak berarti bahwa kekuatan berfikir bertambah baik.
David Wechsler berpendapat, inteligensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif. Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa inteligensi adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir secara rasional. Oleh karena itu, inteligensi tidak dapat diamati secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari proses berpikir rasional
Howard Gardner mendefinisikan Inteligensi sebagai kemampuan untuk memecahkan persoalan dan menghasilkan produk dalam suatu setting yang bermacam-macam dan dalam situasi yang nyata. Inteligensi bukanlah kemampuan seseorang untuk menjawab soal-soal tes IQ dalam ruang tertutup yang terlepas dari lingkungannya. Akan tetapi, inteligensi memuat kemampuan seseorang untuk memecahkan persoalan yang nyata dan dalam situasi yang bermacam-macam. Seseorang memiliki inteligensi yang tinggi apabila ia dapat menyelesaikan persoalan hidup yang nyata, bukan hanya dalam teori. Semakin seseorang terampil dan mampu menyelesaikan persoalan kehidupan yang situasinya bermacam-macam dan kompleks, semakin tinggi inteligensinya.
.

3. Pengertian IQ
IQ merupakan singkatan dari Inteligece Quotient. Pengertian Quotient adalah suatu konsep kuantitatif yang pada awalnya diperlakukan dalam rangka mengukur tingkat kecerdasan (inteligensi). Orang seringkali menyamakan arti inteligensi dengan IQ, padahal kedua istilah ini mempunyai perbedaan arti yang sangat mendasar. IQ adalah hanyalah skor yang diperoleh dari sebuah alat tes kecerdasan. Dengan demikian, IQ hanya memberikan sedikit indikasi mengenai taraf kecerdasan seseorang dan tidak menggambarkan kecerdasan seseorang secara keseluruhan.


4. Pengukuran IQ
Orang yang berjasa menemukan tes inteligensi pertama kali ialah seorang dokter bangsa Prancis : Alfred Binet dan pembantunya Simon. Tesnya terkenal dengan nama tes Tes Binet-Simon. Seri tes dari Binet-Simon ini, pertamakali diumumkan antara 1908-1911 yang diberi nama : “Chelle Matrique de l’inteligence” atau skala pengukur kecerdasan. Tes binet-simon terdiri dari sekumpulan pertanyaan-pertanyaan yang telah dikelompok-kelompokkan menurut umur (untuk anak-anak umur 3-15 tahun). Pertanyaan-pertanyaaan itu sengaja dibuat mengenai segala sesuatu yang tidak berhubungan dengan pelajaran di sekolah. Seperti mengulang kalimat-kalimat yang pendek atau panjang, mengulang eretan angka-angka, memperbandingkan berat timbangan, menceriterakan isi gambar-gambar, menyebutkan nama bermacam macam warna, menyebut harga m,ata uang dan sebagainya.
Dengan tes semacam inilah usia seseorang diukur atau ditentukan. Dari hasil tes itu ternyata tidak tentu bahwa usia kecerdasan itu sama dengan usia sebenarnya (usia kalender). Sehingga dengan demikian kita dapat melihat adanya perbedaan-perbedaan IQ (Inteligentie Quotient) pada tiap-tiap orang/anak.
Tes binet-simon ini kemudian terkenal dimana-mana. Di Jerman, Inggris, dan terutama di Amerika tes tersebut banyak digunakan dan diperbaharui/dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan keadaan daerah masing-masing. Orang yang terkanal dalam mengembangkan tes inteligensi ini antara lain Bobertag (Jerman), Weahler (Inggris), dan Therman (Amerika).
Dewasa ini perkembangan tes itu demikian majunya sehingga sekarang terdapat beratus-ratus macam tes, baik yang berupa tes verbal maupun nonverbal. Juga dinegeri kita sudah mulai banyak dipergunakan tes-tes (pada umumnya masih merupakan saduran tes luar negeri) dalam lapangan pendidikan maupun dalam memilih jabatan-jabatan tertentu.

Klasifikasi IQ
Genius 140 ke atas
Sangat Cerdas 130-139
Cerdas (superior) 120-129
Di atas rata-rata 110-119
Rata-rata 90-109
Di bawah rata-rata 80-89
Garis Batas 70-79
Moron 50-69
Imbisil, Idiot 49 ke bawah

5. Faktor-faktor dalam Inteligensi
Para ahli belum sepenuhnya sependapat mengenai faktor-faktor apa saja yang terdapat dalam inteligensi itu sendiri. Karena itu para ahli belum sependapat bahwa dalam inteligensi ada faktor umum (D faktor), yang menentukan apakah seseorang itu secara umum pandai atau bodoh dan faktor khusus (S faktor), yang menentukan kepandaian seseorang dalam bidang tertentu, seperti matematika atau bahasa atau perdagangan dan sebagainya. Tetapi Thrustone mengatakan bahwa faktor umum tidak ada, yang ada hanya faktor-faktor yang olehnya diberi nama “Primary Mental Abilities” yang terdiri dari 7 faktor yaitu pengertian verbal, kemampuan angka-angka, penglihatan keruangan, kemampuan pengindraan, ingatan, penalaran, dan kelancaran kata-kata.
Sebaliknya seorang sarjana lain yang bernama G.H. Thomson tidak setuju dengan ketujuh faktor tersebut. Ia berpendapat inteligensi mengandung banyak sekali faktor yang masing-masing bebas dan berdiri sendiri, tetapi suatu faktor yang berfungsi pada suatu saat tertentu hanyalah sebagian kecil saja dari keseluruhan faktor yang ada.
Howard Gardner perpendapat dalam diri seseorang terdapat delapan kecerdasan yang ia sebut “Multiple Inteligence”, namun untuk orang-orang tertentu kadang suatu inteligensi lebih menonjol daripada yang lainnya. menurut Gardner kedelapan kecerdasan itu antara lain :
1) Inteligensi Linguistik (linguistic intelligence)
Inteligensi linguistik merupakan kemampuan seseorang dalam menggunakan kata-kata, baik secara lisan maupun tulisan, untuk mengekspresikan ide-ide atau gagasan-gagasan yang dimilikinya. Orang yang mempunyai kecerdasan linguistik tinggi akan berbahasa lancar, baik dan lengkap. Ia mudah untuk mengetahui dan mengembangkan bahasa dan mudah mempelajari berbagai bahasa.
2) Inteligensi Matematis-Logis (logic-mathematical intelligence)
Inteligensi matematis-logis merupakan kecerdasan yang berkaitan dengan kemampuan penggunaan bilangan dan logika secara efektif. Termasuk dalam kecerdasan ini adalah kepekaan pada pola logika, abstraksi, kategorisasi dan perhitungan.
3) Inteligensi Ruang (spatial intelligence)
Inteligensi ruang atau inteligensi ruang visual adalah kemampuan seseorang dalam menangkap dunia ruang visual secara tepat, seperti yang dimiliki oleh seorang dekorator dan arsitek. Yang termasuk dalam kecerdasan ini adalah kemampuan untuk mengenal bentuk dan benda secara tepat, melakukan perubahan bentuk benda dalam pikiran dan mengenali perubahan tersebut, menggambarkan suatu hal/benda dalam pikiran dan mengubahnya dalam bentuk nyata serta mengungkapkan data dalam suatu grafik.
4) Inteligensi Kinestetik-Badani (bodily-kinesthetic intelligence)
Inteligensi kinestetik-badani merupakan kemampuan seseorang untuk secara aktif menggunakan bagian-bagian atau seluruh tubuhnya untuk berkomunikasi dan memecahkan masalah. Orang yang mempunyai kecerdasan ini dengan mudah dapat mengungkapkan diri dengan gerak tubuh mereka. Apa yang mereka pikirkan dan rasakan dengan mudah dapat diekspresikan dengan gerak tubuh.
5) Inteligensi Musikal (musical intelligence)
Inteligensi musikal merupakan kemampuan untuk mengembangkan dan mengekspresikan, menikmati bentuk-bentuk musik dan suara, peka terhadap ritme, melodi dan intonasi serta kemampuan memainkan alat musik, menyanyi, menciptakan lagu dan menikmati lagu.
6) Inteligensi Interpersonal (interpersonal intelligence)
Inteligensi interpersonal merupakan kemampuan seseorang untuk mengerti dan menjadi peka terhadap perasaan, motivasi, watak, temperamen, ekspresi wajah, suara dan isyarat dari orang lain. Secara umum, inteligensi interpersonal merupakan kemampuan seseorang untuk menjalin relasi dan komunikasi dengan orang lain.
7) Inteligensi Intrapersonal (intrapersonal intelligence)
Inteligensi interpersonal merupakan kemampuan seseorang untuk mengerti tentang diri sendiri dan mampu bertindak secara adaptif berdasar pengenalan diri. Termasuk dalam inteligensi interpersonal adalah kemampuan seseorang untuk berefleksi dan menyeimbangkan diri, mempunyai kesadaran tinggi akan gagasan-gagasan, mempunyai kemampuan mengambil keputusan pribadi, sadar akan tujuan hidup dapat mengendalikan emosi sehingga kelihatan sangat tenang. Orang yang mempunyai kecerdasan interpersonal akan dapat berkonsentrasi dengan baik.
8) Inteligensi Lingkungan/Natural (natural intelligence)
Inteligensi lingkungan atau natural memiliki kemampuan mengerti flora dan fauna dengan baik, dapat memahami dan menikmati alam dan menggunakannya secara produktif dalam bertani, berburu dan mengembangkan pengetahuan akan alam. Orang yang mempunyai kecerdasan lingkungan/natural memiliki kemampuan untuk tinggal di luar rumah, dapat berhubungan dan berkawan dengan baik.


6. Inteligensi Dengan Bakat
Inteligensi merupakan suatu konsep mengenai kamampuan umum individu dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan. Dalam kemampuan yang umum ini terdapat keampuan-kemampuan yang amat spesifik. Kemampuan ini memberikan pada individu suatu kondisi yang memungkinkan tercapainya pengetahuan, kecakapan, atau keterampilan tertentu setelah melalui suatu latihan. Inilah yang disebut bakat atau aptitude. Karena suatu tes inteligensi tidak dirancang khusus untuk menyingkap kemampuan-kemampuan khusus ini, maka bakat tidak dengan segera diketahui lewat tes inteligensi. Demikian juga, karena rangsang lingkungan dengan tidak sadar selalu diarahkan pada kemampuan-kemampuan khusus ini maka bakat tidak selalu dengan sendirinya menampakkan diri.
Alat yang digunakan untuk menyingkap kemampuan khusus ini disebut aptitude test atau tes bakat. Karena sifatnya khusus, maka tes ini dirancang khusus untuk mengungkap kemampuan yang amat spesifik. Tes bakat yang digunakan untuk mengungkap prestsi belajar pada bidang tertentudinamakan Scholastic Aptitude Test, dan yang dipakai dibidang pekerjaan adalah Vocational Aptitude Test, dan Interest Inventory.


7. Inteligensi dan Kreativitas
Kreatifitas merupakan salah satu ciri dari perilaku yang inteligen karena keativitas juga merupakan manifestsi dari suatu proses kognitif, meskipun demikian, hubungan antara kreativitas dengan inteligensi tidak selalu menunjukkan keselarasannya. Walaupun ada anggapan kreatifitas mempunyai hubungan yang bersifat kurva linear dengan inteligensi, tetapi bukti-bukti yang diperoleh dari berbagai penelitian tidak mendukung pendapat itu. Skor IQ yang rendah memang diikuti tingkat kreativitas yang rendah, namun semakin tinggi skor IQ tidak selalu diikuti oleh tingkat keativitas yang tinggi. Sampai pada skor IQ tertentu, masi dapat korelasi yang cukup berarti. Tapi leih tinggi lagi ternyata tidak ditemukan adanya hubungan antara IQ dengan tingkat kreatifitas.
Permasalahan diatas menimbulkan banyak pertanyaan mengapa ini terjadi. Salah satu jawabannya diberikan oleh J. P. Guilfrod. Ia menjelaskan bahwa kreatifitas adalah suatu proses berfikir yang bersifat divergen, yaitu kemampuan untuk memberikan alternatif jawaban berdasarkan informasi yang diberikan. Sebaliknya, tes inteligensi hanya dirancang untuk mengukur proses berfikir yang bersifat konvergen, yakni kemampuan untuk memberikan satu jawaban atau kesimpulan yang logis berdasarkan informasi yang diberikan.


8. Hubungan inteligensi dengan kehidupan
Memang kecerdasan/intelijensi seseorang memainkan peranan yang penting dalam kehidupannya. Akan tetapi kehidupan adalah sangat kompleks, intelejensi bukan satu-satunya faktor yang menentukan sukses tidaknya kehidupan seseorang. Banyak lagi faktor yang lain, seperti faktor kesehatan dan ada tidaknya kesempatan. Orang yang sakit-sakitan saja meskipun intelejensinya tinggi dapat gagal dalam usaha mengembangkan dirinya dalam kehidupannya. Demikian pula meskipun cerdas jika tidak ada kesempatan mengembangkan dirirnya dapat gagal pula.
Juga watak (pribadi) seseorang sangat berpengaruh dan turut menentukan. Banyak di antara orang-orang yang sebenarnya memiliki intelejensi yang cukup tinggi, tetapi tidak mendapat kemajuan dalam kehidupannya. Ini disebabkan/karena misalnya, kekurangan-mampuan bergaul dengan orang-orang lain dalam masyarakat,atau kurang memiliki cita-cita yang tinggi, sehingga tidak/kurang adanya usaha untuk mencapainya.
Sebaliknya, ada pula seorang yang sebenarnya memiliki intelejensi yang sedang saja, dapat lebih maju dan mendapat kehidupan yang lebih layak berkat ketekunan dan keuletannya dan tidak banyak faktor-faktor yang menggagu atau yang merintanginya. Akan tetapi intelejensi yang rendah menghambat pula usaha seseorang untuk maju dan berkembang, meskipun orang itu ulet dan bertekun dalam usahanya. Sebagai kesimpulan dapat kita katakan: Kecerdasan atau intelejensi seseorang memberi kemungkinan bergerak dan berkembang dalam bidang tertentu dalam kehidupannya. Sampai di mana kemungkinan tadi dapat direalisasikan, tergantung pula kepada kehendak dan pribadi serta kesempatan yang ada.
Jelaslah sekarang bahwa tidak terdapat korelasi yang tetap antara tingkatan intelegensi dengan tingkat kehidupan seseorang.





























DAFTAR RUJUKAN

Lindgren, Henry Clay. 1976. Educational Psychology in the Classroom. New York : John Wiley & Sons, Inc.











































KATA PENGANTAR

Atas berkat Tuhan Yang Maha Esa, dengan segala rahmat dan hidayah Nya yang telah memberikan kekuatan dan ketabahan baik lahir maupun batin, sehingga kami berhasil menyelesaikan penulisan Makalah mata kuliah Psikologi Pendidikan yang bertema “ Inteligensi “.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh bapak Imanuel Hitipeuw selaku dosen mata kuliah Psikologi Pendidikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, karena makalah ini terbentuk dari ilmu pengetahuan kami yang masih kerdil. Oleh karenanya kami memohon saran yang membangun dari para pembaca.
Pada akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, terima kasih.


Malang, Maret 2009



Penulis