KA SURAU
Asal daerah saya adalah di Payakumbuh Sumatera Barat. Komunitas suku Minang sangat kental di daerahku, yang sudah pasti sudah sangat kental sekali dengan adat istiadat dan religius. Terutama dalam hal gotong royong dan musyawarahnya. Hal yang paling sangat mencolok di daerah saya adalah ritual pergi ke surau bagi masyarakatnya. Surau adalah sebutan lain untuk Mushola didaerahku. Surau selain sebagai tempat untuk beribadah, menimba ilmu, tapi juga sebagai tempat mempererat tali silaturahmi antar warga kampung.
Surau adalah tempat yang sangat penting bagi daerah saya. Dan beda surau dengan masjid di daerah saya adalah, kalau masjid letaknya diperbatasan antara kampung satu dengan yang lain, maksudnya adalah dengan begitu masjid adalah tempat dimana tempat ibadah yang mempereratkan silaturahmi atau mempertemukan masyarakat kampung satu dengan yang lainnya. Dan disini peran masjid sangat besar demi kemaslatan antar warga kampung satu dengan yang lain. Sedangkan surau, adalah tempat yang wajib dimiliki setiap kampung. Pergi ke surau bagi wanita harus memakai baju kurung, dan yang laki-laki menggunakan baju gunting cina.
Setiap waktu sholat masuk, warga selalu meramaikan mushola untuk beribadah kepada Allah SWT. Tidak hanya itu, kegiatan disurau hampir tidak pernah sepi. Yang biasanya di hari biasa setelah sholat subuh sampai zhuhur masuk itulah waktu dimana di surau tersebut tidak ada kegiatan, dikarenakan masyarakat semua sibuk dengan aktivitas meraka, ada yang sibuk bekerja disawah atau diladang, berdagang, megajar disekolah-sekolah dan anak-anak pergi kesekolah.
Di hari-hari biasa, ketika waktu sholat zhuhur masuk, masyarakatpun beramai-ramai datang kesurau untuk melaksanakan sholat berjamaah, setelah itu warga pulang kerumah untuk menyegerakan makan siang, dan kemudian mereka menyiapkan anak-anak mereka yang berumur 4 -7tahun tahun untuk belajar mengaji iqra’ ke surau. Mengaji disurau adalah hal yang paling disukai anak-anak, karena selain diajarkan Pak Guru yang ramah, juga mengajinya menggunakan pengeras suara atau mic. Dengan demikian si anak semakin senang jika ia didengar mengaji oleh orangtuanya atau keluarganya dirumah. Nantinya setelah dirumah atau bertemu dijalan dengan tetangga atau sanak famili si anak akan merasa senang dipuji karena si anak sudah pandai mengaji. Setelah giliran anak seumuran tersebut selesai mengaji, sekarang giliran anak-anak yang sudah bisa membaca alqur’an. Biasanya anak-anak yang berumur 8 tahun sampai dewasa memenuhi surau untuk mengaji Irama. Untuk mengaji irama ini dilakukan setalah sholat ashar sampaii waktu magrib tiba, disini ditekankan si murid untuk bisa mengaji menggunakan irama-irama yang indah, ini adalah wajib bagi anak-anak yang sudah fasih membaca alqur’an. Kadang juga mendatangkan guru yang handal oleh sang si pengurus surau.
Waktu magribpun tiba, azan dikumandangkan, makapun beramai-ramailah warga masyarakat untuk menunaikan sholat jamaah, di waktu magrib ini surau akan menjadi lebih padat dibandingkan waktu sholat yang lainnya. Semua kalangan baik dari anak-anak sampai orang yang sudah tua sekalipun berduyun-duyun datang ke surau untuk menunaikan sholat magrib, setelah sholat magrib ada yang menyempatkan mengaji, dan ada juga yang pulang, untuk setiap malam jumat biasanya ada pengajian bersama ustad, kadang juga jika kampung ada masalah masyarakat bermusyawarah disurau ini. Dan kala waktu isyapun selesai, maka para anak muda yang laki-laki harus datang ke surau untuk belajar beladiri yaitu silat taradisional. Mereka belajar dihalaman surau. Anak laki-laki yang sudah menginjak masa remaja dilarang tidur dirumah, biasanya setelah selesai belajar beladiri mereka akan tidur disurau, ketika waktu subuh mau masuk si anak laki-laki tersebut baru bisa pulang.
Di hari-hari yang istimewa seperti hari besar agama atau khatam alqur’an di surau kegiatan keagamaannya sangat sakrall sekali. Misalnya yang sangat mencolok dan wajib adalah diwaktu bulan ramadhan mau masuk, seluruh warga akan berkumpul disurau yang dinamakan “balimau”, yaitu ritual saling maaf memaafkan sebelum melakukan puasa esok hari dibulan ramadhan, di waktu ini biasanya masing-masing keluarga akan membawa Talam(sebuah piring besar yang terbuat kuningan bercorak yang isinya berbagai macam masakan lezat ala masakan Minang). Setelah melakukan do’a bersama dipimpin Datuak Angku (ustad) masyarakatpun akan makan bersama (makan bajamba; makan bersama pakai talam). Biasanya kalau salah satu keluarga tidak datang di acara seperti ini tanpa alasan yang jelas, biasanya pandangan masyarakat agak lain.
Dan dibulan Ramadhan, kegiatan disurau makin padat apalagi di malam hari, hal yang tak pernah terlewatkan adalah nuzul Qur’an (MTQ) yang panitianya terdiri dari para remaja-remaja surau. Dan disinilah kemampuan si anak-anak dan para remaja beradu pandai mengaji dan mengaji ber’irama. Dan dari sini terlihat bakat para anak-anak dan remaja dalam mengaji, kemudian yang presetasinya bagus akan ikut kompetisi yang lebih tinggi lagi, missalnya tingkat kecamatan, kota ataupun tingkat propinsi.
Tat kala takbir lebaran akan dikumandangkan, semua orang pasti beramai-ramai ke surau untuk bertakbir bersama, bersuka cita dan itu adalah ritual yang sangat wajib. Ketika hari H hari raya idul fitri, suraupun juga dipadati bahkan sangat ramai, karena orang-orang yang dari rantaupun ikut berkumpul dan bersilaturahmi. Acara ini biasanya dilaksanakan setelah shalat zuhur usai, semua warga dan orang-orang yang biasanya dirantau datang kesurau, masing-masing keluarga seperti biasa membawa talam yang berisi masakan-masakan lezat dan makanan-makanan ringan khas minang, dari isi dalam tersebut yang paling wajib adalah rendang, baik rendang daging, ubi, maupun cubadak. Karena menurut adat Minang, membuat rendang itu adalah sangat wajib ketika hari raya datang, kadang jika sang keluarga tidak sanggup untuk membeli daging sapi, biasanya mereka merendang kayu yang dipotong seperti daging rendang. Kemudian dilakukan do’a bersama dan saling maaf memaafkan , setelah itu dilakukan penggalangan infaq dan sadaqoh untuk anak yatim, setelah dana untuk anak yatim terkumpul, kemudian dana untuk pembangunan dan pembenahan masjid dan surau, biasanya orang yang dari rantau memberikan sumbangan yang terbanyak. Dana tersebut digunakan untuk penambahan fasiltas masjid dan mushola. Itulah hal yang paling berkesan dari banyak kegiatan. Bagi orang rantau, tidak pulang kampung disaat lebaran, adalah hal mustahil untuk dilewatkan. Karena kebersamaan disurau adalah yang pertamakali diingat.
Itulah tradisi atau kebiasaan masyarakat didaerah saya terutama kampung tempat dimana saya dilahirkan, tempat dimana saya wajib menjalani kehidupan dilingkungan surau, baik dari segi ibadah, menimba ilmu, bersosialisasi, dan lain-lain.